DMR, singkatan dari Digital Mobile Radio, adalah salah satu standar modulasi digital untuk radio komunikasi 2 arah. Standar DMR ini banyak digunakan oleh radio-radio untuk keperluan komersial (atau sering disebut dinas), karena menawarkan efisiensi penggunaan spektrum, sehingga bisa menguragi biaya perijinan frekuensi.
Di Indonesia sendiri, DMR ini digunakan untuk komunikasi komersial/dinas di sebuah mall di Jakarta, PLN, BASARNAS, dan beberapa instansi lainnya yang masih belum bisa di identifikasikan.
Di dunia amatir radio, DMR digunakan untuk komunikasi jarak jauh (DX) dengan memanfaatkan internet. Pancaran dari radio DMR, baik handheld maupun rig, diterima oleh DMR repeater atau hotspot. DMR repeater dan hotstpot ini di beberapa lokasi dihubungkan dengan master server melalui internet. Master server ini lalu akan me-relay lalu lintas suara dari repeater/hotspot yang satu ke repeater/hotspot lainnya. Dengan demikian, pancaran DMR dari satu lokasi bisa diterima di lokasi lainnya yang berjarak sangat jauh, asalkan ada hotspot atau repeater yang terhubung via internet. Terdapat 2 master server network yang digunakan di dunia amatir radio di seluruh dunia: DMR-MARC dan Brandmeister Network.
Nah, karena dihubungkan dengan internet ini, maka banyak yang beranggapan kalau penggunaan DMR di kegiatan komunikasi amatir radio di Indonesia itu tidak diperbolehkan.
Ada salah kaprah di sini. Boleh atau tidaknya kegiatan komunikasi amatir radio Indonesia dihubungkan ke internet masih dalam perdebatan. Ini artinya termasuk komunikasi DMR amatir radio dengan menggunakan hotspot, atau repeater yang terhubung dengan internet, masih dalam perdebatan di atas. Tapi, kalau komunikasi DMR amatir radio dengan menggunakan repeater yang tidak terhubung dengan internet, atau bahkan komunikasi simplex, ini jelas diperbolehkan dan diatur dalam PERMEN KOMINFO Nomor 17 tahun 2018.
Dalam peraturan tersebut, komunikasi DMR amatir radio dapat dilakukan pada alokasi Digital Voice. Beberapa alokasi diantaranya:
Dalam peraturan yang sama bahkan juga mengatur tentang repeater Digital Voice. Alokasi repeater Digital Voice sama dengan alokasi repeater FM di pita 2 meter dan 70 cm.
Jadi, sudah jelas ya. DMR itu sah untuk digunakan oleh amatir radio Indonesia, sesuai dengan alokasi frekuensinya. Yang masih dalam perdebatan itu adalah, apakah penggunaan DMR hotspot yang terhubung dengan DMR-MARC dan Brandmeister Network via internet dapat digunakan dalam peraturan yang berlaku, atau tidak.
Terakhir, ada pertanyaan yang belum bisa saya jawab. Apakah komunikasi DMR simplex oleh amatir radio dapat digunakan sebagai syarat ujian kenaikan tingkat?
Mungkin rekan2 amatir radio ada yang punya jawabannya?
Radio Pancar Ulang (RPU), atau juga dikenal dengan kata Repeater berfungsi untuk memperluas pancaran sebuah radio komunikasi. RPU/Repeater biasanya terletak di tempat yang tinggi, seperti gunung atau puncak gedung agar terbebas dari halangan. Pancaran dari tempat yang lebih rendah yang biasanya terhalang gedung atau gunung akan diterima oleh RPU/Repeater, lalu dipancarkan kembali.
Berikut ini catatan dari beberapa RPU/Repeater di frekuensi ORARI, RAPI dan yang diluar kedua organisasi tersebut. RPU/Repeater ini bisa dijangkau dari sekitar Jakarta-Tangerang, tentunya dengan menggunakan radio dan antenna yang sesuai.
Daftar RPU/Repeater ORARI
146.640 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Kota Bogor, lokasi: Gunung Salak
146.660 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Daerah DKI Jakarta, lokasi: Gedung BNI 46
146.680 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Jakarta Selatan, lokasi: Jl. Terusan Kuningan
146.700 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Jakarta Utara, lokasi: Apartemen Robinson
146.720 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Daerah Jawa Barat, lokasi: Tangkuban Perahu
146.740 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Tangerang, lokasi: Gunung Karang
146.820 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Jakarta Pusat, lokasi: Jl. Gajah Mada
146.860 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Jakarta Timur, lokasi: Kalimalang
146.900 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Kabupaten Bogor, lokasi: Pasir Sumbul, Puncak
146.940 MHz, Dup: -600, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Tangerang Selatan, lokasi: Kantor Walikota Tangerang Selatan
437.900 MHz, Dup: -5.000, Tone: 88.5 – ORARI Daerah DKI Jakarta
434.620 MHz, Dup: -4.000, Tone: 88.5 – ORARI Lokal Jakarta Pusat, lokasi: Jl. Gajah Mada
Daftar RPU/Repeater RAPI
Dalam bencana banjir di awal tahun 2020, RPU RAPI ini aktif dalam koordinasi penyaluran bantuan dan update situasi daerah bencana
142.020, Dup: +1500 – Pancar Ulang 1 (PACUL1)
142.080, Dup: +1500 – Pancar Ulang RAPI DKI Jakarta
142.960, Dup: -2000 – Panar Ulang RAPI Tangerang Selatan
Daftar RPU/Repeater Umum
RPU/Repeater umum ini berada diluar frekuensi ORARI dan RAPI. Bebas masuk asal sopan.
Buat saya, nama minirig di seputar radio dua arah selalu identik dengan radio kecil buatan China dengan tombol orange 8 buah dan display yang bisa berganti warna. Hal ini lebih karena tidak ada identitas lain yang bisa dipakai untuk menamai radio komunikasi ini. Sepertinya siapapun yang berminat bisa memesan di pabriknya di China, lalu tinggal ditempelkan merk dan model seperti pesanan.
Rig mini yang saya review kali ini datang dengan label Asimoton, dengan model AS-9900. Sesuai namanya, rig ini berukuran mini, kurang lebih hanya sebesar telapak tangan saya. Tapi, meskipun kemasannya kecil, minirig Asimoton AS-9900 mampu memancarkan daya 25 watt di VHF, dan 20 watt UHF. Radio ini juga sudah mendukung fungsi-fungsi standar seperti transmisi duplex, CTCSS, DCS, dan dilengkapi dengan 200 memory. Dan yang terakhir, radio ini memiliki kemampuan dual monitor.
Di dalam kotak yang saya terima, selain radio juga terdapat external microphone yang dilengkapi full keypad untuk operasional radio, bracket radio, gantungan mic, satu set baut, dan kabel DC. Kabel DC yang disertakan sudah terpasang plug untuk colokan 12 volt mobil.
Cukup fantastis, mengingat ukurannya yang kecil, dengan harga yang tidak sampai 1 juta rupiah.
Lalu, bagaimana kesan-kesan setelah menggunakan radio ini selama 3 bulan? Apakah memang kemampuannya se-fantastis spesifikasinya? Secara singkat, berikut hal-hal yang saya suka dari minirig ini.
Ukurannya yang kecil dan ringan, sehingga mempermudah pemasangan di dalam mobil. Cukup menggunakan double tape 3M, minirig sudah terpasang cukup kokoh, tanpa menggangu kaki
Harga yang paling murah untuk rig dual band
Suara yang cukup kencang dan bersih.
Sensitifitas penerimaan yang cukup baik
Sedangkan hal-hal yang rasanya perlu diperbaiki adalah:
Display yang kecil, sehingga cukup sulit untuk dilihat sambil berkendara. Memang display ini harus menyesuaikan dengan ukuran rig yang cukup kecil
Semua setting harus diakses melalui menu, bahkan setting yang sederhana seperti mengubah daya transmisi. Digabungkan dengan display yang kecil, hal ini mempersulit perubahan konfigurasi di saat berkendara.
Keterbatasan buku manual penggunaan. Sama seperti radio merk China lainnya, manual book yang disediakan dalam kemasan cukup terbatas. Tapi jangan khawatir, tinggal meluncur ke dunia maya untuk mencari informasi, karena pengguna mmini rig ini cukup banyak
Berikutnya adalah beberapa kesan dan catatan saya selama menggunakan radio minirig Asimoton AS-9900
Kabel DC untuk Cigarette Lighter
Salah satu aksesoris yang cukup unik dalam kemasan minirig Asimoton AS-9900 adalah kabel DC yang sudah terpasang colokan 12 volt mobil. Colokan ini bisa disambung di cigarette lighter dalam mobil, sehingga untuk sekilas pemasangan rig di mobil jadi tidak terlalu rumit. Namun, saya memutuskan untuk tidak menggunakan cigarette lighter ini, dengan alasan berikut:
Kabel yang disertakan terlalu kecil. Memang rig ini hanya memiliki daya maksimum 25 watt, sehingga arus yang dibutuhkan mungkin hanya sekitar 3-3.5 ampere max. Tapi kecurigaan saya terbukti ketika seorang teman yang memiliki rig dengan tipe yang sama melaporkan kalau kabel powernya terasa panas dan putus ditengah komunikasi.
Untuk keperluan radio saya memilih kabel langsung dari aki mobil, agar arus yang ditarik radio tidak mempengaruhi komponen mobil lainnya, atau sebaliknya.
Memang, menarik kabel langsung dari aki lebih repot. Tapi toh kita juga harus menarik kabel untuk antena. Lagipula, dengan menarik kabel dari aki langsung akan mempermudah apabila kita akan mengganti dengan radio lain di masa mendatang.
Extra Mic Asimoton AS-9900
Minirig Asimoton AS-9900 datang dengan extramic dengan full keypad yang menyala untuk angka dan beberapa fungsi. Extramic ini dilengkapi dengan kabel spiral untuk menghubungkan dengan unit radio.
Extramic ini menurut saya terlalu kecil dan ringan. Apaalagi untuk yang terbiasa menggunakan rig buatan Jepang. Bukan sebuah gangguan, tapi hanya soal kebiasaan.
Hal kedua yang saya amati adalah kelengkapan tombol di extramic. Tombol-tombol di extramic ini bisa dipakai untuk mengakses menu, dan melakukan program frekuensi. Tapi ada beberapa tombol yang apabila ditambahkan di extramic akan sangat membantu. Tombol itu adalah V/M untuk merubah dari VFO ke mode memory, dan H/L, untuk mengubah daya pancaran dari tinggi ke rendah dan sebaliknya.
Selain itu, extramic ini cukup baik. Suara yang dihasilnya juga cukup jelas didengar oleh lawan bicara.
Kemampuan Radio
Dalam spesifikasinya tertulis kalau radio ini mampu memancarkan sinyal dengan maksimum daya maksimum 25 watt untuk VHF dan 20 watt di UHF. Daya pancar itu adalah untuk setting High, sedangkan di setting Low, daya pancar adalah 5 watt di VHF dan UHF.
Pada percobaan di rumah dengan menggunakan power supply 13.8 volt, daya pancar maksimum berbeda-beda di sepanjang band VHF dan UHF. Daya pancar yang tercatat maksimum mendekati 25 watt untuk VHF dan 20 watt untuk UHF.
Daya pancar di setting low apabila saya bandingkan dengan HT Baofeng tidak jauh berbeda. Dengan terhubung dengan antena luar di rumah, saya bisa membuka RPU yang juga biasanya bisa saya buka dengan HT Baofeng apabila dihubungkan dengan antena luar.
Selama pemakaian dalam kendaraan, dengan setting power low saya bisa membuka beberapa RPU di Jakarta dan Tangerang sembari berkendara disekitar Pamulang.
Dari sisi penerimaan, sensitifitas cukup baik. Bahkan, kadang terlalu baik sehingga squelch kadang terbuka untuk level noise yang wajar. Disini kendala yang saya temui adalah setting sequelch yang sepertinya tidak berpengaruh terhadap sensitifitas penerimaan.
Hal terakhir mengenai radio ini adalah panas ketika kita memancar cukup sering. Hal ini makin terasa apabila kita memancar dengan setting high. Beberapa model minirig China dilengkapi dengan kipas kecil, seperti Asimoton AS-9900. Tapi ada juga yang tidak dilengkapi kipas.
Kipas radio Asimoton AS-9900 ini cukup berisik. Dan pengalaman saya, kipas ini juga akan menyala kalau kita cukup sering memancar, meskipun hanya menggunakan daya 5 watt. Untungnya speaker dari minirig ini cukup nyaring. Cukup memutar sedikit kenop volume maka suara sudah didengar dengan volume yang cukup nyaman didengar untuk didalam mobil.
Demikian catatan saya untuk minirig Asimoton AS-9900. Meskipun ada beberapa kekurangan, dengan harga 1 juta saya cukup puas dengan pemakaian di dalam mobil. Kemampuan dual monitor bisa saya gunakan untuk monitor dua frekuensi RPU, atau frekuensi lalu lintas. Komunikasi radio pun tetap lancar untuk penggunaan konvoi ataupun sekedar ngobrol antar sesama pengguna radio.
Antena base station yang dinamai flower pot (Pot Bunga) ini dipopulerkan oleh seorang Amatir Radio asal Australia bernama John dengan callsign VK2ZOI. John membagikan cara membuat antena Flower Pot untuk frekuensi VHF di tautan ini.
Antena Flower Pot dari VK2ZOI saat ini masih menjadi antena utama dari base station amatir saya. Awalnya saya mencari cara membuat antena 2 meter untuk base station, yang cukup simple, dengan bahan yang mudah didapat, dan harga yang bersahabat. Antena flower pot ini memenuhi semua kriteria di atas. Antena ini bis dibuat dengan modal kurang dari 100 ribu. Bahkan bisa lebih murah kalau kita sudah memiliki sebagian bahan sisa bangunan, seperti pipa PVC. Instruksi untuk membuat antena Flowerpot pernah saya bagikan di tautan ini.
Sejak terpasang, efisiensi antena flowerpot ini terus membuat saya kagum. Terutama, karena antena ini terbuat dari bahan-bahan sederhana yang bisa dengan mudah ditemui. Waktu yang diperlukan juga tidak banyak, hanya sekitar 1 jam.
Beberapa hari yang lalu antena Flowerpot ini baru membuat rekor baru. Hanya dengan daya 5 watt, saya bisa berkomunikasi direct/simplex dengan seorang Amatir Radio di Kelapa Gading bernama Wahyu, dengan callsign YG0GLE.
Apabila diukur melalui Google Map, jarak komunikasi ini adalah 26 kilometer lebih. Komunikasi ini juga melalui area pusat kota Jakarta di sekitar Gatot Subroto, yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit.
Report penerimaan komunikasi dengan daya 5 watt ini cukup bersih dari kedua sisi. Komunikasi baru sedikit terganggu oleh noise ketika daya diturunkan menjadi 3 watt. Rig yang digunakan oleh saya adalah Alinco DR-135 MKIII, sedangkan YG0GLE menggunakan rig Motorola GM 338.
Jadi, untuk yang masih bingung mau pakai antena 2 meter seperti apa, ayo segera dibuat antena Flowerpot 2 meter ini.
Ujian Negara Amatir Radio (UNAR) 2019 di Jakarta akan kembali diadakan tanggal 30 Juni 2019. Kali ini saya tidak ikut ujian, namun diminta beberapa teman baru di ORARI untuk membantu beberapa calon penggiat radio amatir untuk melakukan pendaftaran UNAR.
UNAR sendiri akan dilaksanakan pada:
Hari & Tanggal: Minggu 30 Juni 2019
Jam: 07:00 – Selesai
Lokasi: Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat (Lokasi Google Map)
Sebelum pelaksanaan UNAR, ORARI Daerah Jakarta akan melaksanakan Bimbingan UNAR (BUNAR) pada:
Hari & Tanggal: Sabtu 22 Juni 2019
Jam: 09:00 – 15:00
Lokasi: ORARI Daerah Jakarta, Gd. Prasada Sasana Karya Lt. 10, Jalan Suryopranoto No. 8, Jakarta Pusat (Lokasi Google Map)
Lalu bagaimana tahapan pendaftaran UNAR dan BUNAR? Dari diskusi dengan beberapa teman, dan mencari informasi untuk membantu calon peserta ujian, berikut garis besar proses pendaftaran Ujian Negara Amatir Radio (UNAR)
Pilih Pendaftaran UNAR. Masukkan informasi yang dibutuhkan seperti nama, alamat, dan lain-lain. Jangan lupa untuk mengunggah pas foto berlatar belakang merah dan scan KTP.
Tunggu verifikasi dari SDPPI selesai. Setelah itu akan mendapatkan invoice
Biaya ujian 50 ribu dibayar via bank mandiri atau bni setelah mendapatkan invoice. Pembayaran bisa dilakukan melalui internet banking, ATM atau teller.
Unduh kartu peserta ujian dari situs https://iar-ikrap.postel.go.id/ setelah pembayaran selesai. Kartu ini harus dicetak dan dibawa saat ujian.
Apabila ingin mengikuti Bimbingan UNAR (BUNAR), bisa mendaftar langsung dengan menghubungi Ibu Rose di Whatsapp 085880010001 di hari kerja jam 14:00 – 21:00.
Bimbingan UNAR dilaksanakan oleh ORARI Daerah Jakarta (ODJ) untuk membantu peserta agar bisa lulus ujian. Bimbingan ini sifatnya opsional. Jadi boleh saja belajar sendiri dan tidak mengikuti BUNAR. Dan apabila sudah mengikuti BUNAR juga bukan berarti sudah pasti lulus. Kalau waktu ujian isinya asal-asalan, ya gak lulus juga.
Pengalaman saya pribadi, ikut BUNAR sangat membantu untuk lulus Ujian Negara Amatir Radio (UNAR). Dalam bimbingan dibahsa kisi-kisi soal yang sering ditanyakan, dan juga bank soal UNAR. Juga, dalam BUNAR kita dapat kesempatan untuk kenalan dengan sesama peserta ujian maupun anggota ORARI lainnya.
Ikut bimbingan atau tidak, selaamt belajar, dan semoga lulus.
“Powernya kurang nih, jadinya pancaran saya gak sampai”
Omongan di atas sering terdengar ketika sebuah pancaran radio gagal diterima di tujuan. Kekurangan power atau daya pancar selalu menjadi kambing hitam kalau sebuah pancaran radio komunikasi gagal diterima oleh lawan bicara.
Eits, tapi sebelum buru-buru meningkatkan daya pancar, coba diperhatikan dulu keseluruhan komponen dari sistem mulai dari radio hingga antena. Apakah keseluruhan sistem ini sudah efisien? Kalau tidak, maka tambahan daya pancar ini hanya akan terbuang sebagai panas, entah di sisi radio, atau antena.
Ketika sedang membuat antena Pot Bunga (Flowerpot) saya sudah membuktikan kalau dengan daya pancar sebesar 5 watt dari HT, pancaran bisa diterima dengan sempurna oleh Radio Pancar Ulang (RPU/Repeater) dengan jarak 18.4 km. Pembuatan antena tersebut bisa ditemukan di tulisan dalam tautan ini.
Dalam QSO selanjutnya, pancaran dengan daya 5 watt bisa menjangkau Radio Pancar Ulang (Repeater) ORARI Jakarta Utara sejauh 23 kilometer dari tempat saya memancar.
Jadi, kalau dengan daya pancar hanya 5 watt bisa menjangkau 23 kilometer lebih, tentunya daya pancar yang tinggi bukan satu-satunya cara untuk memperluas daya pancar. Masih ada faktor-faktor lain selain daya pancar untuk memperluas jangkauan pacaran.
Berikut adalah hal-hal lain yang bisa dilakukan untuk memperluas jangkauan pancar, selain meningkatkan daya pancaran:
Gunakan kabel feeder/transmisi dari rig ke antena dengan panjang secukupnya. Semakin panjang kabel feeder/transmisi, semakin banyak daya yang hilang (attenuation) di kabel.
Gunakan kabel feeded/transmisi yang besar, untuk memperkecil daya yang hilang di kabel (attenuation). Semakin besar diameter kabel, semakin kecil daya yang hilang dengan panjang kabel yang sama. Untuk kabel feeder/transmisi yang saya gunakan adalah RG-8.
Pasang antena setinggi mungkin. Antena VHF seperti antena pemancar lainnya berfungsi sangat baik apabila berada di ruang bebas tanpa halangan. Antena VHF yang saya gunakan dipasang setinggi 9 meter dari permukaan tanah. Gunakan balkon atau teras rumah.
Pastikan setting SWR yang rendah. Antena yang matching, dengan SWR yang rendah sesuai frekuensi yang digunakan memastikan bahwa seluruh daya yang sampai ke antena akan terpancar.
Dengan melakukan hal-hal diatas maka pancaran radio akan jauh menjadi lebih luas. Seperti contoh yang saya lakukan, dengan 5 watt pancaran cukup kuat untuk membuka Radio Pancar Ulang sejauh 23 km lebih.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan suatu catatan, bahwa memang ada batasan-batasn operasional dimana tambahan daya pancar menjadi satu-satunya pilihan. Seperti di mobil misalnya, tidak mungkin memasang antena setinggi 10 meter, atau menggunakan kabel RG8 yang kaku. Oleh karena itu, penambahan daya pancar memang jadi hal penting untuk meningkatkan jangkauan pancaran. Tapi setidaknya, coba untuk melakukan optimalisasi sistem lainnya, karena daya pancar besar juga datang dengan kebutuhan lainnya yang tidak lebih sederhana
Sebagai anak bawang di dunia radio amatir, dengan ijin yang baru berusia hampir 3 bulan, banyak istilah-istilah yang baru dan cukup membingungkan ketika saya berkomunikasi dengan sesama penggiat Radio Amatir.
Untuk membantu anak bawang lainnya di dunia radio amatir, berikut saya coba bagikan istilah-istilah yang sering digunakan, berikut artinya.
OM = Old Man. Istilah ini adalah panggilan untuk penggiat radio amatir pria, terlepas dari usia dari orang tersebut. OM ini ditulis dengan huruf besar, satu huruf O dan satu huruf M. Jadi bukan ditulis Oom ya, karena itu pasangannya tante. Sedangkan pasangan OM adalah di bawah ini
YL = Young Lady. Instilah ini adalah panggilan untuk penggiat radio amatir wanita, juga terlepas dari usianya. Istilah XYL terkadang suka digunakan untuk istri dari penggiat radio amatir. Saya sendiri tetap menggunakan istilah YL
73 de XXXXXX. Angka 73 ini adalah kode untuk “Best regards”, biasanya digunakan di akhir pembicaraan. Asal dari angka ini adalah dari sederet angka di jaman komunikasi via telegrafi dan morse, sehingga sangat penting untuk mempersingkat kata-kata yang sering digunakan. Saya biasanya membaca Seven Three, atau Tujuh Tiga, bukan Seventy Three atau Tujuh Puluh Tiga.
CQ. Ada versi yang mengatakan CQ berasal dari kata Perancis. Tapi saya lebih suka dengan versi bahwa CQ kalau dibaca dalam bahasa Inggris terdengar sebagai “Seek You”. Ini adalah kode untuk memanggil. Bisa juga diikuti dengan callsign yang dipanggil, negara, kode area, dan lain-lain
QTH. Ini adalah bagian dari Q-code, lagi-lagi berasal dari jaman komunikasi via telegrafi. QTH ini artinya lokasi memancar
QRP. Juga bagian dari Q-code, artinya adalah menurunkan daya pancar. Saat ini sering digunakan untuk radio amatir dengan pancaran daya rendah. Lawannya adalah yang dibawah ini
QRO. Q-Code ini artinya menaikkan daya pancar. Saat ini digunakan untuk radio amatir yang menggunakan daya pancar tinggi.
QSO. Q-Code ini artinya adalah percakapan dua arah.
QSL. Sebagai penutup, Q-code ini adalah yang paling sering digunakan. Kode ini artinya konfirmasi bahwa pertukaran informasi sudah selesai. Biasanya setelah QSL akan diikuti dengan pertukaran QSL Card.
Ada lagi kira-kira istilah radio amatir yang sering digunakan di udara?
Antena flowerpot 2 meter VHF pertama kali dipopulerkan oleh John, seorang amatir radio dari Australia dengan callsign VK2ZOI. Antena ini disebut sebagai antena flowerpot, atau pot bunga, karena dengan diletakkan didalam pot bunga dan memasang beberapa tanaman tiruan, antena ini bisa disamarkan sebagai pot bunga. Cukup berguna mungkin bagi yang melakukan operasi rahasia.
Cara kerja antena flowerpot (pot bunga) ini kurang lebih seperti antena vertical dipole 1/2 lambda. Sisi kabel coaxial yang dikupas adalah bagian 1/4 lambda, dan sisi coaxial yang tidak dikupas hingga lilitan choke adalah 1/4 lambda lainnya. Sebuah desain yang sangat cerdik.
Performa dari antena pot bunga (flowerpot) bikinan sendiri ini cukup mengagumkan. Dengan menggunakan HT Baofeng dengan daya 5 watt, pancaran dari lokasi saya bisa sempurna membuka radio pancar ulang (RPU) ORARI Daerah Jakarta. Apabila diukur dengan garis lurus, jarak tersebut menurut Google Map adalah sekitar 18 kilometer.
Lalu, sudah cukup yakin untuk membuat antena pot bunga (flowerpot) ini? John VK2ZOI sudah membuat instruksi yang sangat detil, lengkap dengan foto yang cukup baik. Dalam membuat antena flowerpot ini, saya menggunakan pengukuran sesuai dengan yang digunakan oleh VK2ZOI.
Bahan-bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Kabel coaxial sepanjang 2 meter. Disarankan untuk memilih kabel coaxial yang fleksibel dengan inti serabut untuk mempermudah pembuatan lilitan choke. Untuk antena ini saya menggunakan kabel RG-58
Pipa PVC 1″ atau lebih besar, sepanjan 1.5 meter. Disarankan untuk tidak menggunakan pipa PVC dengan ukuran lebih kecil dari 1″ agar lilitan choke tidak merusak kabel coaxial.
Tutup pipa PVC (End Cap) 1 buah, sesuai dengan ukuran pipa PVC yang digunakan
Sambungan T pipa PVC 1 buah, sesuai dengan ukuran pipa PVC yang digunakan
Konektor antena seperti BNC, SO-239 atau N-Connector, disesuaikan dengan pilihan dan selera masing-masing
Bahan-bahan dan peralatan lainnya seperti bor, lem pipa PVC, sealant, solder dan timahnya, gergaji, amplas, dan lain-lain.
Instruksi dan ukuran sudah ditulis dengan baik oleh John VK2ZOI dalam tulisannya yang berjudul Half-Wave Flower Pot Antenna. Apabila menggunakan pipa PVC lebih besar dari 1″, John VK2ZOI juga menyediakan kebutuhan lilitan choke.
Yang kurang dari tulisan John VK2ZOI menurut saya adalah pembuatan pipa PVC sebagai pembungkus antena. Untuk itu selanjutnya saya akan membagikan dua buah desain, untuk kebutuhan stasiun tetap dan stasiun tidak tetap.
Antena Pot Bunga (Flowerpot) Untuk Stasiun Radio Amatir Tetap
Desain pipa PVC untuk antena pot bunga (flowerpot) biasanya dipasang diatas menara. Untuk itu dibutuhkan penyambungan pipa PVC yang lebih tahan cuaca.
Ukuran dari pipa PVC untuk antena pot bunga (flowerpot) stasiun tetap ada di diagram di bawah ini, diikuti dengan penjelasan dibawah diagram.
Penjelasan mengenai diagram diatas adalah sebagai berikut:
Panjang total pipa PVC yang dibutuhkan adalah 1.5 meter. Pipa ini dibagi menjadi 2 bagian: 1.2 – 1.3 meter dan 0.2-0.3 meter untuk mengakomodasi sambungan T-connector
Guna dari T-connector adalah sebagai jalur keluar kabel antena ke kabel feeder. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan memotong bagian samping T-Connector. Pada sisi samping yang telah dipotong akan dipasang konektor antena (SO-239, N-Connector, BNC, dan lain-lain sesuai pilihan.
Sambungan antar pipa PVC yang harus di lem adalah sambungan bagian atas dari T-connector. Hal ini diperlukan untuk mencegah air masuk ketika hujan. Gunakan lem PVC. Sambungan yang lain bisa dilem atau tidak.
Jangan lupa untuk memberikan sealant tahan cuaca disekitar kabel keluar masuk lilitan choke.
Antena Pot Bunga (Flowerpot) Untuk Stasiun Radio Amatir Tidak Tetap
Stasiun tidak tetap memiliki karakteristik operasional yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, stasiun tidak tetap membutuhkan antena yang lebih mudah dibongkar dan dipasang, serta cukup kecil sehingga mudah dibawa.
Desain antena pot bunga (flowerpot) untuk stasiun tidak tetap hampir mirip dengan stasiun radio amatir tetap. Bedanya hanya di sisi antena panjang dibagi 2. Penyambungan kedua bagian ini bisa dilakukan ketika membangun stasiun dengan menggunakan sok PVC.
Untuk jenis antena yang lebih mudah dibawa, sebaiknya bagian antar pipa PVC tidak di lem kecuali bagian T-connector dan pipa bagian bawah.
Modifikasi T-connector
Bagian terakhir dari pembuatan antena pot bunga (flowerpot) adalah bagian T-connector. Bagian ini berfungsi sebagai tempat menyambungkan kabel feeder dari rig dengan antena.
Modifikasi T-connector PVC dilakukan dengan memotong bagian tengah dari konektor PVC. Bagian tengah ini akan menjadi tempat keluarnya kabel dari antena, dan bisa dipasangkan konektor. Foto dibawah ini menunjukkan T-connector yang sudah dipotong, dan kabel dari antena yang sudah dipasang konektor SO-239.
Konektor antena ini nantinya bisa direkatkan pada lubang T-connector dengan menggunakan sealant.
Komunikasi melalui radio komunikasi dengan melalui radio pancar ulang (repeater) bisa memperpanjang jangkauan komunikasi kita. Namun terkadang istilah yang digunakan untuk setting radio komunikasi supaya bisa menggunakan radio pancar ulang bisa jadi cukup membingungkan untuk pemula.
Terkadang, informasi setting untuk komunikasi diberikan cukup singkat, seperti contoh dibawah ini:
“Frekuensi 694, duplex -600, tone 88.5”
Informasi yang singkat itu sebenarnya sudah berisi informasi lengkap untuk setting komunikasi melalui radio pancar ulang. Ada 3 informasi yang dibutuhkan untuk setting radio komunikasi supaya bisa berkomunikasi melalui radio pancar ulang, yaitu frekuensi penerimaan (Rx), frekuensi pemancar (Tx) dan tone. Dan ketiga informasi tersebut sudah terangkum dalam kalimat diatas.
Sekarang mari kita telaah satu-satu istilah-istilah frekuensi pemancar, penerimaan dan tone, serta bagaimana menentukan angka yang tepat untuk ketiga informasi diatas.
Frekuensi Penerimaan (Receive/Rx)
Angka pertama yang harus kita tentukan adalah frekuensi penerimaan, atau sering disingkat dengan Rx. Frekuensi ini adalah frekuensi yang dipancarkan oleh repeater, dan diterima oleh perangkat radio komunikasi kita. Pada kebanyakan radio komunikasi, frekuensi ini tinggal langsung dimasukkan melalui keypad.
Dalam contoh diatas, angka frekuensi penerimaan ini adalah angka yang disebutkan setelah kata frekuensi, yaitu 694.
“Frekuensi 694, duplex -600, tone 88.5″
Lalu, frekuensi berapakah itu 694? Dalam dunia radio amatir, frekuensi 694 itu adalah 146.940 MHz. Frekuensi radio amatir di VHF adalah antara 144.000-148.000. Karena dua digit pertama selalu 14, maka digit yang disebutkan adalah mulai digit ketiga. Dengan demikian, frekuensi 694 menjadi 146.940 MHz.
Frekuensi Pemancar (Transmit/Tx)
Kebanyakan radio pancar ulang (repeater) beroperasi dalam mode duplex. Artinya, selagi seorang operator radio sedang berbicara, maka operator radio lainnya bisa mendegarkan secara bersamaan. Untuk itu diperlukan frekuensi yang berbeda antara frekuensi untuk pemancar dan penerima.
Frekuensi pemancar (Tx) ini adalah frekuensi yang harus dipancarkan oleh pesawat radio kita ketika kita berbicara. Kebanyakan radio komunikasi modern otomatis memindahkan frekuensi radio ke frekuensi pemancar ketika tombol PTT ditekan. Frekuensi pemancar ini bisa ditentukan dengan menggunakan duplex.
“Frekuensi 694, duplex -600, tone 88.5″
Dari contoh diatas, duplex -600 artinya frekuensi pemancar ada di 600 KHz (atau 0.6 MHz) dibawah frekuensi penerimaan. Dalam contoh diatas, frekuensi penerimaan (Rx) adalah 146.940 MHz. Dengan demikian, frekuensi pemancaran kita adalah:
146.940 MHz - 0.6 MHz = 146.340 MHz
Cara memasukkan frekuensi pemancaran (Tx) ini berbeda pada setiap merk radio komunikasi. Dalam HT Baofeng misalnya, duplex ini dimasukkan dalam 2 menu, yaitu menu untuk frekuensi duplex, dan menu untuk duplex negatif atau duplex positif.
Tone
Angka terakhir yang diperlukan untuk komunikasi melalui repeater adalah tone. Angka ini adalah yang paling mudah ditemukan, yaitu bagian terakhir dari informasi di atas. Tapi, apakah sebenarnya tone ini?
“Frekuensi 694, duplex -600, tone 88.5”
Tone adalah sebuah suara yang harus dipancarkan bersama suara kita, agar pancaran kita diterima dan dipancarkan lagi oleh radio pancar ulang/repeater. Frekuensi dari suara tersebut disebut adalah angka dalam setting tone. Dalam contoh di atas, frekuensi suara tersebut adalah 88.5 Hz.
Suara tone ini biasanya akan difilter oleh repeater atau perangkat radio kita, sehingga biasanya tidak akan mengganggu suara kita ketika didengar oleh operator penerima.
Satu lagi tentang tone ini, tidak semua radio pancar ulang/repeater memerlukan tone. Terkadang tone ini digunakan oleh pemilik radio pancar ulang/repeater, supaya repeater tidak memancarkan ulang noise dari lingkungan.
eQSO adalah sebuah sistem komunikasi Radio over IP (RoIP) yang dikembangkan oleh penggiat radio amatir. Nama eQSO berasal dari Q-code QSO, yang artinya pertukaran informasi telah terjadi dalam dunia komunikasi radio. Penambahan huruf ‘e’ sehingga menjadi eQSO melambangkan bahwa komunikasi terjadi melalui internet, seperti halnya email.
Malam ini saya mencoba untuk pertama kalinya ikut NET Room NASIONAL di eQSO Indonesia. Rencana awal ingin mencoba gateway eQSO Pamulang. Tapi sepertinya malam ini eQSO Gateway Pamulang sedang tidak aktif. Akhirnya dicoba alternatif lain menggunakan aplikasi eQSO PMR Radio yang bisa diunduh di website PMR Radio atau melalui website ordigi.net. Setting dari aplikasi eQSO bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Sebelum menekan tombol PTT dan melakukan check in, saya mendengarkan 1-2 putaran NET untuk mengetahui siapa NET control malam ini dan menilai kualitas koneksi. NET control malam ini adalah YD6ROA dengan operator Aris.
“Sierra Papa Uniform, diulang, Sierra Papa Uniform”, saya memulai check in pada NET Room Nasional eQSO Indonesia dengan mengeja suffix callsign. Setelah menunggu beberapa saat, NET Control memanggil callsign saya. Pertukaran berita yang terjadi adalah volume microphone saya yang agak kecil, namun masih bisa terdengar.
Check in perdana malam ini berlangsung lancar. NET Control bung Aris pun menyambut saya sebagai peserta baru di NET Room Nasional eQSO Indonesia. Rencana selanjutnya adalah dengan melakukan NET Check In dengan menggunakan radio genggam apabila eQSO gateway Pamulang sudah kembali mengudara.