Setting Raspberry Pi Tanpa Monitor dan Keyboard (Headless)

So you got your new Raspberry Pi? Pada kebanyakan penggunaan, khususnya penggunaan untuk Internet of Thing, Raspberry Pi tidak memerlukan monitor dan keyboard secara permanen. Atau, mungkin kita tidak memiliki keyboard USB dan ekstra monitor untuk konfigurasi Raspberry Pi?

Raspbian OS, sistem operasi resmi untuk Raspberry Pi, memiliki cara untuk konfigurasi tanpa monitor dan keyboard (headless). Cukup dengan membuat beberapa berkas konfigurasi di SD Card yang sudah disiapkan, maka ketika boot pertama kali, Raspbian akan melakukan konfigurasi sesuai isi berkas konfigurasi yang sudah dibuat. Konfigurasi ini termasuk koneksi ke WiFi dengan menggunakan kata sandi, sehingga untuk konfigurasi selanjutnya, seperti instalasi aplikasi, bisa dilakukan dengan SSH.

Berikut ini tutorial langkah-langkah mempersiapkan Raspberry Pi tanpa monitor dan keyboard, hingga bisa terhubung dengan SSH. Dalam tutorial ini saya menggunakan Raspberry Pi Zero W yang sudah memiliki kemampuan WiFi.

Tahap 1: Menyiapkan SD Card Dengan Raspbian OS

Sistem operasi Raspbian OS tidak membutuhkan media penyimpanan yang besar. SD Card dengan ukurang 16 GB yang saya gunakan sudah lebih dari cukup, juga untuk instalasi aplikasi dan berkas log untuk operasional sehari-hari.

Untuk mempersiapkan SD Card, gunakan Raspberry Pi Imager yang bisa diunduh pada situs resmi Raspberry Pi di tautan ini. Setelah Imager selesai diunduh, jalankan Imager. Untuk panduan menggunakan Raspberry Pi Imager, silahkan lihat gambar di bawah ini.

Setelah SD Card selesai dipersiapkan, lepaskan, dan masukkan kembali SD Card pada PC/laptop sebelum masuk ke tahap selanjutnya.

Tahap 2: Mempersiapkan SSH dan WiFi

Sebelum SD Card siap untuk Raspberry Pi, ada 2 berkas (file) yang harus dibuat.

Berkas pertama bertujuan untuk memperbolehkan SSH pada Raspberry Pi. Untuk alasan keamanan, SD Card hasil dari Imager tidak memperbolehkan SSH secara default. Untuk memperbolehkan SSH, buat file dengan nama ssh pada direktori utama SD Card. Isi file ini tidak penting, bisa berisi sebuah karakter atau spasi. Perhatikan gambar di bawah ini

File ssh dibuat di root directory SD Card. Perhatikan bahwa file ssh tidak memiliki ekstensi apapun

Berkas kedua berisi konfigurasi untuk koneksi ke WiFi. Berkas ini harus diberi nama wpa_supplicant.conf. Isi dari berkas ini adalah sebagai berikut. Jangan lupa mengganti nama WiFi (ssid) dan Password WiFi (psk) sesuai dengan WiFi yang digunakan.

country=us
update_config=1
ctrl_interface=/var/run/wpa_supplicant

network={
 ssid="MySSID"
 psk="SuperSecret"
}

Simpan file wpa_supplicant.conf pada root directory dari SD Card, di lokasi yang sama dengan file ssh. Berikut sebagian dari isi SD Card setelah kedua file ssh dan wpa_supplicant.conf selesai dibuat.

File ssh dan wpa_supplicant.conf selesai dibuat

Persiapan SD Card sudah selesai. Keluarkan SD Card dari komputer dan lanjutkan ke tahap terakhir.

Tahap 3: Booting Up dan Terhubung ke Raspberry Pi dengan SSH

Masukkan SD Card ke dalam slot SD di Raspberry Pi Zero W. Lalu, hubungkan catu daya USB ke Raspberry Pi. Lampu hijau di Raspberry Pi akan segera menyala dan berkedip selama Raspberry Pi melakukan proses booting.

Setelah lampu di Raspberry Pi tidak berkedip lagi yang menyala terus, kita siap untuk menggunakan SSH untuk terhubung dengan Raspberry Pi. Alamat IP dari Raspberry Pi biasanya bisa ditemukan dengan nama raspberrypi atau raspberrypi.local. Konfigurasi dalam aplikasi PuTTY di Windows 10 untuk komunikasi SSH adalah seperti gambar di bawah ini.

Konfigurasi PuTTY untuk koneksi ke Raspberry Pi

Apabila semua konfigurasi sudah dilakukan dengan benar, maka PuTTY akan terhubung dengan Raspberry Pi. Pilih ‘yes’ pada pertanyaan mengenai SSH Certificate. Gunakan username: root dan password standar: raspberry untuk login pertama.

Berhasil terhubung dengan Raspberry Pi.

Tahap 4: Memperbesar Partisi Raspbian

Ketika kita mempersiapkan SD Card pada tahap 1, image Raspbian yang diunduh hanya memanfaatkan sekitar 2GB dari ukuran SD Card. Hal ini supaya ukuran image yang harus diunduh tidak terlalu besar.

Untuk memperbesar partisi Raspbian bisa menggunakana “raspi-config”, seperti slideshow di bawah ini.

Selain digunakan untuk memperluas partisi Raspbian, “raspi-config” juga bisa digukanan untuk konfigurasi lainnya, seperti mengubah nama system, mengubah zona waktu, dan lain-lain.

Penutup dan Troubleshooting

Apabila koneksi SSH tidak berhasil, maka ada beberapa hal yang bisa diperiksa:

  • Pertama, pastikan file ssh yang dibuat tidak memiliki ekstensi apapun. Apabila menggunakan notepad di Windows, secara default notepad menambahkan ekstensi .txt, sehingga file menjadi ssh.txt. Ekstensi .txt ini harus dibuang
  • Pastikan konfigurasi WiFi (SSID dan Password) pada file wpa_supplicant.conf sudah benar
  • Periksa apakah Raspberry Pi merespon dengan perintah ping: ‘ping raspberrypi’, atau ‘ping raspberrypi.local’. Bila tidak ada respon, maka alamat IP Raspberry Pi bisa dicari melalui halaman administrasi dari WiFi Access Point

Selamat mencoba dan bereksperimen. Apabila ada kendala lain, silahkan tinggalkan komentar di bawah.

Referensi: https://desertbot.io/blog/headless-pi-zero-w-wifi-setup-windows

Biaya Pasang Rig di Mobil

Beberapa teman pernah bertanya, berapa sih biaya pasang rig di mobil? Jawaban yang paling jujur sih ya tergantung kebutuhan dan kecanggihan radio rig yang dibutuhkan. Istilahnya, the sky is the limit. Apalagi kalau kita ingin beroperasi di HF, dengan power yang cukup besar sehingga membutuhkan booster dan peningkatan kemampuan sistem kelistrikan listrik.

Meskipun hanya ingin berkomunikasi di frekuensi VHF 2 meter dan UHF 70 cm, biaya yang dibutuhkan juga masih sangat beragam. Seorang teman butuh radio rig dengan kemampuan menjadi cross band repeater. Harganya tentu saja berbeda dengan rig VHF single band.

Berikut ini pengalaman saya memasang radio rig di mobil untuk kebutuhan komunikasi radio amatir. Kebutuhan saya simple, hanya kemampuan berkomunikasi di VHF dan UHF (dual band), tanpa perlu kemampuan crossband repeater. Power juga cukup sesuai bawaan radio rig, karena saya tidak mau sampai meningkatkan sistem kelistrikan bawaan mobil.

Untuk kebutuhan saya di atas, perangkat yang dibutuhkan dan biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut. Untuk yang ingin tahu ringkasannya bisa langsung menuju bagian akhir dari tulisan ini.

Radio Rig: Mini Rig China Dual Band

Budget: Rp. 1.000.000. Radio ini dijual dengan banyak merek, diantaranya Weirwei, QYT, KYT, Asimoton, dan banyak nama lainnya. Selain harganya yang murah, radio ini juga memenuhi kebutuhan komunikasi yang saya perlukan. Merk yang saya pilih adalah Asimoton-9900, yang reviewnya bisa dibaca di tautan ini.

Kabel Coaxial RG-58

Budget: Rp. 100.000. Banyak yang bilang kalau kabel teflon dan dilapis perak akan mengurangi daya yang hilang pada saat memancar/menerima. Tapi menurut saya, dengan panjang hanya 3 – 5 meter, selisih daya yang hilang mungkin tidak signifikan dibandingkan harga kabel tersebut. Oleh karena itu saya memilih kabel RG-58 biasa, yang sudah terpasang konektor di ujung-ujungnya.

Antena: Super Gainer Mini SGM-507.

Budget: Rp. 300.000. Sebelumnya saya mencoba antena yang lebih pendek, tapi entah kenapa, kemampuan memancar dan menerima menjadi kurang sempurna. Antena ini saya pilih karena tingginya ketika dipasang masih tidak melebihi 2.1 meter, ketinggian palang tol untuk mobil kecil.

Sedikit catatan tambahan untuk antena Super Gainer Mini ini. Dengan harga 300 ribu sudah dipastikan bahwa antena ini bukanlah asli buatan Diamond. Namun demikian, saya sarankan untuk membeli di toko antena yang terpercaya, karena meskipun bukan antena asli, antena KW juga memiliki kualitas yang berbeda-beda.

Bracket Antena: D-Antenna EM-90

Budget: Rp. 100.000. Bracket ini adalah jenis yang dijepit di kap mesin. D-Antenna EM-90 memiliki 3 axis sehingga memiliki jenis setelan yang lebih fleksible.

Sama seperti antena, dengan harga ini bracket yang didapat kemungkinan besar bukan buatan asli D-Antenna. Tapi kebanyakan merk yang bukan asli pun cukup kuat untuk menahan antena SGM-507

Kabel DC: NYAF 2.5mm AWG 14

Budget: Rp. 45.000. Nah, untuk yang ini jangan main-main, karena bisa menyebabkan mobil terbakar. Cari kabel dengan kualitas bagus. Tidak harus kabel yang mahal ya, yang penting kualitas bagus dan tahan panas. Kabel ini bisa diganti dengan ukuran yang lebih besar, apalagi kalau menggunakan radio dengan daya besar.

DIbutuhkan 2 buah kabel, masing-masing untuk kutub positif dan negatif kabel. Panjang yang dibutuhkan kurang lebih 3-5 meter untuk masing-masing kabel

Soket Kabel DC

Budget: Rp. 20.000. Soket ini digunakan untuk menghubungkan kabel DC dari aki dengan radio. Kalau bingung cari di mana, bisa cari online, atau biasanya juga banyak dijual di toko aksesoris mobil. Sesuaikan dengan jenis konektor DC yang ada di radio.

Kotak Sekring Mobil + Sekring

Budget: Rp. 30.000. Ini juga dua buah barang penting untuk mencegah mobil terbakar. Apabila dihubungkan langsung ke aki mobil, masing-masing kabel DC positif dan negatif membutuhkan sekring. Mengapa begitu? Karena apabila terjadi putus hubungan antara kabel dari aki ke rangka mobil, maka seluruh arus listrik mobil yang menuju aki akan melewati kabel DC radio. Hal ini akan menyebabkan kelebihan arus dan bisa menyebabkan kebakaran.

Gunakan ukuran sekring yang sesuai dengan daya radio. Pada kebanyakan instalasi, sekring 5-10 amper biasanya sudah cukup.

Jasa Pemasangan

Budget: Rp. 200.000. Biaya ini bisa dihilangkan apabila memasang sendiri, atau meminta bantuan teman. Biaya ini juga bisa berubah sesuai dengan kerumitan mobil yang akan dipasang.

Penutup

Jadi, kira-kira, berapa biaya pasang rig di mobil? Berikut ini ringkasan biayanya:

  1. Radio/Rig: Rp. 1.000.000
  2. Kabel Coaxial: Rp. 100.000
  3. Antena Super Gainer Mini: Rp. 300.000
  4. Bracket Antena: Rp. 100.000
  5. Kabel DC: Rp. 45.000
  6. Socket Kabel DC: Rp. 20.000
  7. Kotak Sekring + Sekring: Rp. 30.000
  8. Jasa Pemasangan: Rp. 200.000

Total biaya adalah sebesar Rp. 1.795.000.

Tentu saja biaya ini bisa berubah apabila memilih radio yang lebih bagus, memilih antena lain yang mau dipasang, dan tergantung jenis mobilnya.

Dan jangan lupa, kalau radionya sudah dipasang di mobil, ijin penggunaannya juga harus diurus. Untuk penggunaan non-komersial, bisa menggunakan Ijin Amatir Radio (IAR) atau Ijin Komunikasi Radio Antar Penduduk (IKRAP).